READING
RESPON OF PRAGMATIK
(Pragmatics
and Indirectness)
Tuturan ketidaklangsungan dalam
pragmatic adalah suatu tuturan yang diujarkan secara tidak langsung pada inti
yang dimaksud, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang berbelit-belit. Tuturan
secara tidak langsung mempunyai efek boros dan beresiko.
·
Boros
Boros karena tuturan yang diujarkan
berbelit-belit, tidak langsung kepada inti yang dimaksud sehingga penutur harus
menggunakan banyak kata yang sebenarnya tidak perlu karena penutur dapat
langsung mengatakan inti yang dimaksud, dan ini menjadikan kata-kata yang
dikeluarkan mubazir dan sia-sia. Misalnya penutur yang ingin mengatakan kata ‘buku’ tetapi dia tidak tahu bahwa itu benda
yang dimaksud bernama buku, maka
ketika dia ingin mengujarkannya kata dari benda yang dimaksud akan kehilangan
prinsip.
Misalnya penutur mengujarkan kata buku dengan ujaran: ‘sesuatu yang dibaca’, ‘tebal’,
‘bercover’, ‘suatu ilmu’. Sebenarnya inti dari ujarannya itu adalah satu kata
yaitu buku, tetapi karena penutur
tidak mengetahui bahwa benda yang dimaksud bernama buku, maka dia mengujarkan kata-kata seperti tadi. Kata-kata
tersebut bersifat mubazir atau boros karena tidak diperlukan dan tidak langsung
mengena pada inti yang dimaksud oleh penutur.
Dalam tuturan ketidaklangsungan dapat
dilihat dari contoh masyarakat yang berujar dengan memanfaatkan konteks yang
ada. Masyarakat tersebut berada di pulau Trobian, jika mereka mengatakan
sesuatu selalu memanfaatkan konteks yang ada. Misalnya ketika ingin mengatakan
kata ‘perahu’ mereka tidak langsung
mengatakan kata ‘perahu’, tetapi dengan
mengujarkan kata-kata ‘sampan’, ‘layar’, ‘dayung’, padahal inti dari ujaran-ujaran itu adalah perahu, tetapi karena masyarakat di sana
masih primitive sehingga mereka tidak mengetahui bahwa benda yang digunakan
untuk berlayar dan mengarungi laut adalah perahu.
Dalam hal ini pendengar harus mempunyai pengetahuan dunia yang luas. Jika pendengar
mempunyai pengetahuan dunia, maka dengan ujaran-ujaran tidak langsung tersebut,
pendengar akan dapat langsung menangkap dan mengerti inti dari ujaran tersebut
adalah perahu.
·
Beresiko
Selain bersifat boros, tuturan tidak
langsung juga bersifat beresiko bagi pendengar, maksudnya penutur yang
mengujarkan tuturan tidak langsung pasti akan menggunakan banyak kata-kata yang
tidak diperlukan, sehingga kalimat yang berbelit-belit tersebut akan membuat
pendengar menjadi bingung dan tidak bisa
menangkap apa yang sebenarnya dimaksud oleh penutur.
Misalnya penutur yang ingin mengucapkan
kata ‘buku’ di atas, karena dia tidak
tahu benda yang dimaksud adalah bernama buku,
maka dia mengujarkan sesuatu tersebut dengan ujaran ‘sesuatu yang dibaca’, ‘tebal’,
'bercover’, ‘suatu ilmu’. Kata-kata tersebut akan membuat bingung pendengar karena
tidak memahami ujaran penutur. Itulah resiko dari tuturan tidak langsung.
Contoh lainnya :
“setiap
hari aku selalu minum wisky”
Ujaran di atas akan menimbulkan dua
penafsiran, yaitu :
1)
Si
aku meminum wisky setiap hari tetapi hanya satu kali.
2)
Si
aku meminum wisky memang setiap hari dan terus menerus tanpa meminum air putih
atau minuman yang lainnya.
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa
kalimat tersebut menimbulkan resiko bagi pendengar karena tidak langsung kepada
inti sehingga pendengar dapat menafsirkan banyak arti dari kalimat tersebut.
Sebagian orang berpendapat bahwa tuturan
ketidaklangsungan adalah sesuatu yang bersifat irasional karena tuturan yang
diucapkan dianggap aneh dan tabu oleh pendengar. Tetapi sebenarnya tuturan
tidak langsung adalah rasional, karena di dunia ini tidak ada sesuatu yang
tidak dapat diungkapkan, hanya saja penutur tidak dapat mengekspresikan sesuatu
yang dimaksud tersebut itu secara langsung dikarenakan mungkin kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh penutur, sehingga dengan tuturan tidak langsung
tersebut penutur bisa mencapai maksud yang ingin dicapainya meskipun diujarkan
secara tidak langsung. Sebagai manusia yang mempunyai akal pikiran, pasti
memiliki kemampuan untuk mengekspresikan sesuatu yang diinginkan melalui kata-kata
atau tindakan ataupun isyarat. Hal ini berarti bahwa manusia akan dapat
menuangkan apa yang diinginkan atau dimaksudkan melalui kata-kata yang
diujarkan meskipun secara tidak langsung. Semua keinginan yang dituangkan
secara tidak langsung tersebut akan tercapai bila pendengar mempunyai
pengetahuan dunia, sehingga pendengar dapat menangkap maksud dari penutur.
Contoh :
·
Di sini panas
sekali y!
Dari contoh ujaran di atas, pendengar
dapat menafsirkan dengan dua pengertian, yaitu penutur ingin Ac ruangan
dihidupkan, atau di ruangan tersebut memang benar-benar sedang dalam cuaca
panas. Jika pendengar mempunyai pengetahuan dunia, maka pendengar dapat
langsung menangakap bahwa maksud dari ujaran penutur adalah ia ingin Ac ruangan
dihidupkan, sehingga dengan sigap seharusnya pendengar menyalakan Ac ruangan.
Dalam hal ini penutur tidak langsung memberi perintah kepada pendengar untuk
menyalakan Ac, tetapi ia mengutarakan keinginannya itu secara tidak langsung
yaitu dengan ujaran “di sini panas sekali
y!”, padahal penutur bisa saja mengujarkan “tolong Acnya dihidupkan!”.
Dari contoh di atas jelas sekali
terlihat tuturan tidak langsung dari penutur kepada mitra tutur atau pendengar.
DAFTAR
PUSTAKA
Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interacti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar